Kolaborasi Koil, Kuburan, dan Doel Sumbang Dalam Lagu "Tuturut Munding"

Kolaborasi Koil, Kuburan, dan Doel Sumbang Dalam Lagu "Tuturut Munding"

Medcom.id

2/27/20253 min read

Kolaborasi Koil, Kuburan, dan Doel Sumbang Dalam Lagu "Tuturut Munding"

Cianjur, Musikus lintas generasi dan genre asal Bandung, Koil, Kuburan Band, dan Doel Sumbang, bersinergi dalam kolaborasi unik menafsirkan ulang lagu religi berbahasa Sunda, "Tuturut Munding", dengan pendekatan musikal pancarona yang kaya warna.

Lebih dari sekadar perpaduan gaya, kolaborasi ini menjadi medium bagi mereka untuk menyambut bulan suci Ramadhan dengan sentuhan khas: raungan distorsi, humor sarkastik, dan kritik sosial yang tajam.

"Tuturut Munding" sendiri merupakan lagu karya legenda pop Sunda, Doel Sumbang, yang pertama kali dirilis pada era 1990-an. Lagu ini begitu lekat dengan tradisi masyarakat Sunda saat Ramadhan, terutama bagian refrain-nya yang kerap dinyanyikan dalam berbagai kegiatan lokal, seperti membangunkan warga untuk sahur. Bahkan, tak jarang lagu ini dianggap sebagai "lagu wajib" dalam parade sahur hingga malam takbiran.

Secara etimologis, istilah "tuturut munding" memiliki makna yang dikenal luas dalam budaya Sunda. Frasa ini secara harfiah berarti "mengikuti kerbau", yang menggambarkan seseorang yang cenderung ikut-ikutan tanpa berpikir matang atau hanya mengikuti arus tanpa pertimbangan yang jelas.

โ€œMakna dan Pesan Lagu "Tuturut Mundingโ€

Lagu "Tuturut Munding" sendiri menyampaikan pesan moral yang sarat akan sindiran, berbicara tentang pembangkangan. Bukan dalam arti individu, melainkan gambaran fenomena yang telah menjadi perilaku umum di masyarakat.

"Kita hanya ingin mengingatkan bahwa di bulan puasa, ada kewajiban yang harus dijalankan, terutama bagi umat Muslim. Namun, kenyataannya, banyak dari mereka sendiri yang justru membangkang. Lagu ini menyindir perilaku tersebut," ungkap Doel Sumbang


"Saya berpegang pada satu hal yaitu sabda Rasulullah SAW, bahwa akhir zaman akan ditandai dengan kemorosotan moral. Artinya, seiring waktu, perilaku manhsia semakin memburuk. Oleh karena itu lagu bertemakan seperti 'Tuturut Munding' akan selalu relevan, karena sampai kapan pun akan selalu ada orang-orang dengan perilaku semacam itu," lanjutnya menerangkan makna lagu.

Kolaborasi Bersejarah

Meski berkolaborasi, ketiga musisi ini tetap mempertahankan identitas musikal mereka masing-masing. Koil hadir dengan ciri khas industrial rock/metal yang kelam dan megah, Kuburan Band menyuntikkan unsur rock komedi yang unik dan satir, sementara Doel Sumbang tetap membawa karakter pop Sunda yang kuat, menjadikan "Tuturut Munding" versi terbaru ini sebuah interpretasi segar yang penuh warna.

"Bagi saya, kolaborasi ini menjadi bagian dari sejarah. Kolaborasi memang harus keluar dari pakem sebelumnya, dan mereka (Koil dan Kuburan) berhasil menciptakan suatu gagasan baru yang tetap dapat mewadahi semuanya. Bagi saya ini, benar-benar sebuah kolaborasi yang luar biasa. Harapan saya, semoga lagu ini bisa diterima oleh semua segmen pendengar," kata Doel Sumbang yang bernama asli Wachyoe Affandi.

Tafsir ulang "Tuturut Munding" secara sonik dibangun di atas fondasi rock/metal, yang kemudian diperkaya dengan berbagai elemen unik, mulai dari synthesizer yang menghadirkan atmosfer futuristik, sinokapsi ala progressive rock yang kompleks, hingga sentuhan nuansa Timur Tengah yang memberi warna eksotis. Semua unsur ini berpadu menciptakan lanskap musik yang inovatif dan penuh kejutan.

"Pengemasan musiknya sangat spesial karena menggabungkan berbagai gaya musik. Dan kami belum pernah mengerjakan hal seperti ini sebelumnya," ujar Donnyantoro, gitaris Koil.

Sementara itu, Raka Auliantara, perwakilan dari Kuburan, mengungkapkan bahwa pemilihan "Tuturut Munding" didasarkan pada kedekatannya dengan pengalaman sosial, termasuk bagi para personel Kuburan lainnya.

Menurutnya, lagu ini tetap relevan seiring perubahan zaman, menghadirkan sindiran tajam terhadap berbagai fenomena yang terjadi di bulan Ramadhan, yang sejatinya memiliki makna istimewa.

"Ada banyak kenangan masa remaja tentang lagu ini. Kami sering melihat orang-orang dengan kelakukan seperti dalam liriknya. Misalnya, tidak berpuasa tapi saat buka bersama malah makan paling banyak, padahal tidak ikut patungan. Pulangnya? Nebeng lagi! Duh, bikin geram," ujar Raka.

Raka pun berharap lagu "Tuturut Munding" ini bisa menjadi pengingat bagi para pendengarnya di bulan Ramdahan, dan juga menjadi gerbang untuk ketiga musisi ini melahirkan karya lainnya.

"Semoga lagu ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih memaknai arti hidup yang sesungguhnya. Dan bagi kolaborasi tiga musisi ini, semoga menjadi gerbang untuk menciptakan karya-karya seru, penuh keajaiban, dan membawa manfaat bagi kehidupan bersama, Amin!," tutup Raka, gitaris Kuburan Band.

Bagi sobat Medcom yang penasaran dengan kolaborasi istimewa antara Doel Sumbang, Koil, dan Kuburan, lagu "Tuturut Munding" sudah dapat kalian dengarkan di berbagai platform musik digital mulai Rabu, 26 Februari 2025.